i wish... I would not have meet this person everyday. The situation always resembles to the hurtful past I had. A thing that I could forgive and against to. Everyday I pray, I could empower myself without remembering my past. No, I should not have blamed it. I am responsible to myself.
I can forgive and living the life peacefully. Should I be brave.
Sayang,
Aku tandai check list-ku di Jakarta: naik bus tingkat.
Butuh 1,5 jam untuk naik dan berhubung hari Jumat, penumpangnya tidak begitu ramai. Berawal dari rencanaku mengajak pacar naik bus tersebut untuk selebrasi ulang tahunnya, akhirnya aku sendirilah yang ke sana.Intermezzo, aku memang masih kesal karena rencanaku agak gagal untuk memberikan momen ulang tahunnya. Ternyata hingga hari ini, dia masih bekerja.
Lanjut lagi, Saat aku menunggu di sana, aku berkenalan dengan pemudi lebih muda dariku, namanya Elma. Ia berasal dari Bekasi yang ternyata juga suka berpetualang sendiri seperti aku. Jadi ya, aku tidak seutuhnya sendirian.
Ruteku Monas sampai Monas lagi. Melewati Jalan Sudirman, berfoto gedung-gedung pencakar langit, menikmati pemandangan lebih leluasa karena bus yang kutumpangi tanpa atap, ditemani sesekali matahari. Selain sibuk mengabadikan momen, ada beberapa hal yang terpikir:
1. Jakarta membosankan. Hiburan yang disuguhkan adalah gedung-gedung pencakar langit.
2. Kebahagianku bukan tanggung jawab Aris, tapi diriku sendiri.
3. Yogyakarta harus menyediakan transportasi lebih banyak.
4. Lebih asyik kalau ada operator yang menceritakan sejarah.
Coba aku update di sini ya dokumentasinya!
...is not cool. I assume ive got it since synchro hari kedua or ketiga.
Di saat aku capek keknya huks..
By the way, covid keduaku nggak sesakit yg pertama (alhamdulilllah!) hanya saja batuknya nggak nyantai banget. Kasian my partner :(
Sedang asyik menikmati keseloan Yogyakarta, tiba-tiba dapat kabar Bendungan Hilir (Benhil) terkena banjir. Tingginya sudah sepaha orang dewasa.
Berbagai skenario muncul di kelapa eh kepala. Dari skenario kos tergenang sampai skenario yang akan terjadi saat saya tiba di Jakarta. Konon, Benhil kawasan langganan banjir, jadi, tidak heran lagi. Tapi momen Jakarta banjir di awal tahun ini cukup mengundang reaksi gaduh. Banjir kali ini juga "menular" ke Bekasi, Tangerang dan Bandung. Pada tanggal 1 Januari, teman ayah menelepon bahwa ia harus kembali ke Bekasi dari lawatan di Yogyakarta karena banjir di rumahnya sudah mencapai 20 sentimeter. Tak lama kemudian, sahabat saya mengabarkan bahwa kompleks perumahannya aman dari banjir, namun tidak di area kakak iparnya. Kakak iparnya harus dievakuasi. Kabar ular yang ikut berenang di Bekasi bukan isapan jempol belaka karena tak jauh dari sana, sudah ditemukan ular-ular kecil berenang bebas santuy.
Tak kalah pentingnya adalah sorotan media perihal kebijakan naturalisasi sungai yang dianggap gagal. Singkatnya ada perbedaan pendapat antara Anies Baswedan dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNBP). Menurut Anies, titik hulu menjadi fokus penyelesaian masalah (ini sebelum banjir terjadi). BNBP tidak sependapat karena permasalahannya bukan di hulu atau hilir, melainkan hulu dan hilir. Dua titik itu yang harus diselesaikan bersama-sama.
Saya sebagai penumpang di Jakarta hanya bisa berdoa, semoga banjir di semua titik bisa surut supaya kami bisa beraktivitas lagi. Ya meskipun menurut BMKG mengatakan bulan Februari dan Maret puncak-puncaknya hujan, tapi semoga kita berada di lindungan Sang Kuasa. Aamiin.
"ekwɪˈlɪbriəm/ [uncountable, singular] a state of balance, especially between different forces or influences.
have we reached that? or.. did we really head there?
I've invested my priceless assets: heart and mind. Something that you mocked me for being unrealistic. but im proudly say my talent is falling in love deeply, I could even win some prizes due to my holy mastery.
probably, our love languages are different, we just have another view on stability, or the most important one: how we prioritize and we merely leave it under the rug
Panca Indra
Berangkat dengan niat ingin bertemu orang-orang dan disambut matahari. Aku kangen banget jalan tanpa beban dan pikiran di bawah sinar matahari. Jadi, saya putuskan untuk ke GBK
Setibanya di GBK, saya bertemu teman dan sedikit ngobrol. Dia bersama pacarnya. Selama ini saya hanya melihat mereka di media sosial dan vibe mereka sama menyenangkannya. Tak lama, saya berjalan ke GBK dan sempat memfoto matahari.
Kemudian saya menggitari GBK bersama orang-orang asing. Nyaris menyerah di menit kesembilan, hanya saja saya memilih untuk meneruskan hingga ke ke menit 44. Panasnya matahari juga sudah mulai terasa. Namun saya hantam saja. Aneh banget saya kok senang ya lihat matahari. Di Jakarta lagi.
Sembari pulang saya menelepon teman yang ada di bagian dunia yang berbeda sampai MRT saya tiba. Kemudian saya memutuskan untuk naik transjakarta jurusan Ragunan. Saya sempat berhenti untuk sarapan roti sandwich Indomaret yang kalorinya 300. Rotinya tebal. Harap-harap cemas karena kalorinya tinggi.
Tau nggak, saya takut orang-orang di TransJakarta mencium aroma badan saya nggak sedap usai jalan kaki. Semoga parfum yang kubeli di minimarket bulan lalu bisa menyamarkan bau badan
Setibanya di halte Pejaten, saya jalan kaki lagi ke kos. Sempat berpikir, "Kayaknya capek tiap hari gini terus. Apa pesen Gojek aja ya?" lucunya kaki saya tetap melangkah sampai kos. Semoga konsisten, ya.
Sekarang saya duduk bersila, menanti pukul 11:30 karena teman saya akan menceritakan kisah cintanya.
Sekian dan terima kasih.
Sayang, hari ini aku menemukan teman baru
Energinya bisa aku baca jelas, obrolan kami mengalir, dan maaf ada bagian darinya yang menggoda
Tapi jangan takut, kamu masih pusat gravitasiku
Sayang, tadi ia membaca tentang kita. Netral tonality-nya.
Tapi yang jelas, semoga ini membantu kita melangkah ke depannya, ya
Tak sabar menunggumu di Jakarta
She/ her; A quiet one with loudest mind. Uttering any thoughts and recounting.
86 posts